Sumbang Solusi Penanggulangan Soal Sampah, Dosen UIN Sunan Kalijaga Bangun 1 unit Insenerator di Kelurahan Keparakan, Yogyakarta

Foto Dosen UIN Sunan Kalijaga menyerahkan tungku incinerator kepada warga keparakan, Yogyakarta
LP2M - (1 September 2023)Sampahmenjadi persoalan serius di kota Yogyakartadan sekitarnya sampai saat ini.Penuhnya muatan sampah di Yogyakarta menjadi alasan ditutupnya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Piyungan karena tak dapat menampun lagi sampah. Mulai tahun 2023 ini, jenis sampah yang hanya boleh dibuang di TPA Piyungan adalah jenis sampah organik.
Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Yogyakarta tahun 2013 menunjukkan, sampah terbanyak yang diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) paling banyak adalah dari Kota Yogyakarta (34,89 persen), kemudian Sleman (13,17 persen), Kulon Progo (7,20 persen), Gunung Kidul (5,37 persen), dan terakhir Bantul (1,91 persen).Permasalahan pengelolaan sampah dapat dilihat dari beberapa indikator, di antaranyatingginya jumlah sampah yang dihasilkan, yang berdasarkan Perda Nomor 10 Tahun 2012,sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari atau proses alam yang berbentuk padat.Sampah ini dapat digolongkan menjadi sampah organik dan anorganik. Indikator selanjutnya adalah taraf pelayanan pengelolaan sampah yang masih di bawah rata-rata, lokasi pembuangan sampah akhir yang kapasitasnya terbatas, lembaga pengelola sampah dan permasalahan anggaran.
Permasalahan sampah kota sebenarnya masih manjadi masalah sebagaimana juga dialami oleh negara maju seperti Amerika dan Jepang. Strategi yang dilakukan adalah waste reduction dengan membakar sampahdalam beberapa sistem pembakaran termasuk travelling grate, rotary kiln, dan fluidized bed. Di Amerika Serikat dan Asia, modular insineratoryang membakar sampah tanpa preprocessingjuga digunakan. Teknologi fluidized bed membutuhkan sampah kota dalam ukuran partikel tertentu - ini biasanya memerlukan beberapa proses pre-treatment dan pemilihan limbah. Kapasitas pembakaran insinerator sampah biasanya berkisar dari 90 sampai 2.700 ton sampah kota per hari. Proses lainnya telah dikembangkan berdasarkandecoupling dari fase yang juga berlangsung di insinerator: pengeringan, penguapan, pirolisis, karbonisasi dan oksidasi limbah. Gasifikasi menggunakan agen gasifikasi seperti uap, udara, oksidakarbon atau oksigen juga diterapkan. Proses ini bertujuan untuk mengurangi volume gas buang dan memotong biaya pengolahan gas buang. Banyak pengembangan tersebut telah sesuai dengan masalah teknis dan masalah ekonomi saat ditingkatkan untuk komersial, ukuran industri. Beberapa digunakan secara komersial (misalnya di Jepang) dansedang diuji dalam demonstrasi di seluruh Eropa, tetapi hanya sebagian kecil dari kapasitas pengolahan secara keseluruhan bila dibandingkan dengan insinerator.
Hingga saat ini permasalahan sampah masih memerlukan solusi yang tepat untuk mereduksi sampah di Yogyakarta.Sehubungan dengan hal tersebut, salah seorang dosen UIN Sunan Kalijaga, Dr. Munawar Ahmad dan rekannya, Ir.Adi Sudirja, bersama salah seorang warga Kelurahan Keparakan, kecamatan Mergangsan, kota yogyakarta, menginisiasipembuatan mesin pembakar sampah (incinerator) tanpa asap di lahan pengolahan sampah seorang warga bernama Mba Dirjapada 1 septembar 2023. Ini adalah bentuk pengabdian masyarakat oleh dosen UIN Sunan Kalijaga.
Insinerasi atau pembakaran digunakan untuk pengolahan limbah dalam rentang yang sangat luas. Insinerasi itu sendiri umumnya hanya satu bagian dari sistem pengolahan limbah kompleks dalam manajemen keseluruhan dari berbagai limbahmasyarakat.
Tujuan dari pembakaran sampah adalah untuk mengolah limbah sehingga dapat mengurangi volume dan bahayanya, sertajugamenghancurkan zat berbahaya yang mungkin dilepaskan selama pembakaran. Proses insinerasi jugamerupakan sarana yang memungkinkan untuk pemulihan energi mineral atau kandungan kimia dari limbah. Insinerator terdiri dari berbagai jenis tungku dan ukuran serta kombinasi pengobatan pra dan pasca-pembakaran. Ada juga tumpang tindih antara desain pilihan untuk limbah padat perkotaan, limbah berbahaya dan limbah lumpur insinerasi.
Dr. Munawar Ahmad bersama rekannya melakukan riset terkait insinerator sederhana untuk kawasasn 1 rukun warga dari berbagai literatur. Dia akui memang banyak desain dan pola insenerator dari yang sederhana hingga yang canggih, dan dari yang level rumah tangga hingga pabrik darn rumah sakit.Maka terpilihlah desain yang ramah lingkungan, mudah pengerjaanya, serta tidak memerlukan bahan baku yang mahal dengan menggunakan hebel sebagai dindingnya, dan dibangun insenator mikro untuk kapasistas sampah 1 RW berukuran 1 meter x 1 meter x 15 meter, dengan tinggi cerobong asap 1,7 meter.
Dalam teorinya, insinerator biasanya dirancang secara umum untuk pembakaran oksidatif penuh dengan kisaran suhu 850 °C - 1.400 °C. Ini adalah suhu di mana proses kalsinasidapat terjadi.Gasifikasi dan pirolisis merupakan pengaturan termal alternatif yang mengurangi jumlah udara pembakaran utama untuk mengubah sampah menjadi gas prosesyang dapatdigunakan sebagai bahan baku kimia atauuntuk pemulihan energi. Aktivitas pada instalasi insinerator limbah dapat diuraikan sebagai berikut: pengiriman limbah, penyimpanan, pretreatment, pemulihan insinerasi / energi, pengendalian emisi gas buang,residu padat manajemen, dan terakhir,pengolahan. Sifat limbah masukan akan memiliki dampak yang signifikan terhadap bagaimana setiap komponen dirancang dan dioperasikan.(LP2M, 2023)