PRAKTIK BUDIDAYA MAGGOT DENGAN SISA SAMPAH ORGANIK OLEH TIM KKN 105 UIN SUNAN KALIJAGA DI DUSUN KEDAWUNG

LP2M -Kamis, 12 Agustus 2021 - Budidaya maggot masih asing di kalangan tertentu karena pembudidaya maggot sendiri belum banyak tersebar di beberapa daerah. Selain itu, budidaya maggot memang terdengar menjijikkan karena bentuknya yang menyerupai belatung. Maggot atau dikenal sebagai Maggot BSF (Black Soldier Fly) adalah larva dari jenis lalat besar berwarna hitam yang terlihat seperti tawon. Maggot BSF adalah bentuk dari siklus pertama (larva) Black Soldier Fly yang nantinya bermetamorfosa menjadi lalat dewasa. Fase metamorfosis maggot BSF dimulai dari telur, larva, pre pupa, pupa, dan lalat dewasa (imago) semuanya memakan waktu sekitar 42 hari.

Saat ini budidaya larva maggot ini sedang naik daun di beberapa daerah karena manfaat serta peluang bisnis yang bisa dihasilkan dari budidayanya. Maggot juga berperan dalam sektor perikanan. Dikarenakan tingginya harga pakan komersial sehingga tidak seimbang dengan pemasukan yang dihasilkan diperlukan solusi sumber pakan alternatif. Dengan adanya maggot yang cara pembudidayaannya cenderung mudah dan menggunakan sisa bahan organik dapat membantu menekan angka pengeluaran.

Melihat peluang ini, tim KKN Mandiri 105 UIN Sunan Kalijaga di Dusun Kedawung, Desa Ngablak, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang bersama warga Dusun Kedawung pada hari Rabu, 11 Agustus 2021 pun telah mengadakan sosialisasi pelatihan pengembangan budidaya Maggot. Materi dibawakan oleh Hidayatul Rachmawati atau sering disapa Ibu Nunuk. Ia menerangkan bagaimana fase pertumbuhan maggot serta pemanfaatannya. Hasil budidaya maggot tidak hanya bermanfaat sebagai sumber pakan ternak, tetapi juga sisa makanan maggot yang dapat dijadikan pupuk.

Jika dikembangkan dengan baik, maggot mampu mendongkrak perekonomian hingga kancah Internasional, seperti halnya ekspor ke negeri sakura Jepang yang memanfaatkan maggot sebagai bahan baku kosmetik. Budidaya maggot juga sangat bermanfaat bagi lingkungan. Dengan budidaya maggot, hal ini dapat menyadarkan masyarakat untuk paham bagaimana memilah sampah. Sampah organik, seperti misalnya sisa makanan yang sudah dipilah mampu dimanfaatkan untuk makanan maggot.

Dalam praktik yang dilakukan, Ibu Nunuk mengajarkan bagaimana maggot tumbuh dengan memakan sisa dari buah-buahan. Ia juga menyediakan contoh maggot dan media hidupnya. Warga pun tampak antusias dengan materi dan praktik yang diajarkan Ibu Nunuk. Dikarenakan maggot yang tidak memiliki gigi untuk mengunyah, sisa buah atau sampah organik lebih dulu dihaluskan sebelum diberikan kepada maggot sehingga maggot akan menghisap makanannya. Sisa makanan yang tidak bisa dihisap oleh maggot sangat bermanfaat untuk dijadikan pupuk dan terbukti sangat baik dalam pertumbuhan nutrisi pada tumbuhan.

Pengaplikasian maggot sebagai pakan ternak biasanya dapat digunakan pada pakan ikan botia, pakan ikan patin, pakan ikan balashark, pakan ikan blue safir hingga pakan pembesaran ikan gurame padang merah. Budidaya maggot memang relatif mudah, namun kendala yang dialami pun dapat meliputi sulitnya mendapatkan bahan baku, terganggunya masyarakat sekitar akan bau yang menyengat, dan adanya hama yang mengganggu produksi.

Walaupun demikian manfaat yang dihasilkan maggot pun sangat banyak bahkan maggot mampu dijadikan salah satu pengurai sampah organik. Selain itu, budidaya maggot juga mampu meningkatkan perekonomian suatu wilayah dengan penghasil maggot yang berkualitas dan menjadi pengembangan bisnis berkelanjutan bagi warga (Lia dan Fani, 2021).