UIN Sunan Kalijaga Lakukan Benchmarking ke Direktorat PKM UGM, Bahas Penguatan KKN dan Sosiotechnopreneurship

Yogyakarta, 16 September 2025– UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta melaksanakan kegiatan benchmarking ke Direktorat Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) Universitas Gadjah Mada (UGM) sebagai upaya memperkuat penyelenggaraan Kuliah Kerja Nyata (KKN) serta memperdalam penerapan konsep sosiotechnopreneurship di tengah masyarakat.

Dalam pertemuan tersebut, jajaran Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) UIN Sunan Kalijaga diterima langsung oleh pimpinan Direktorat PKM UGM. Diskusi berlangsung hangat, dimulai dengan paparan mengenai pentingnya sosiotechnopreneurship sebagai pendekatan baru dalam mendukung kemandirian masyarakat. Direktorat PKM UGM menjelaskan sejumlah contoh implementasi, seperti program Masyarakat Berdaya Guna, penggunaan QRIS untuk pedagang kecil dan UMKM, serta penguatan keamanan dalam penggunaan data digital.

Ketua LPPM UIN Sunan Kalijaga, Dr. Abdul Qoyum dalam kesempatan tersebut juga menyampaikan sejumlah tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan KKN, mulai dari padatnya timeline, persoalan pemilihan lokasi, pembentukan kelompok mahasiswa, hingga peran dosen pembimbing lapangan. Menanggapi hal tersebut, Direktur PKM UGM, Dr. dr. Rustamaji menegaskan bahwa KKN sejatinya bukan hanya sekadar bentuk pengabdian kepada masyarakat, melainkan juga wadah pengembangan karakter dan kompetensi mahasiswa.

Lebih lanjut, Sekretaris Direktorat PKM UGM memaparkan sistem penyelenggaraan KKN di UGM yang selama ini sudah berjalan dengan skala besar. Setiap tahun terdapat empat periode pelaksanaan KKN yang melibatkan sekitar sepuluh ribu mahasiswa dari delapan belas fakultas dan satu sekolah vokasi, dengan dukungan lima ratus dosen pembimbing lapangan serta koordinator wilayah. Setiap periode berlangsung selama empat bulan, yang mencakup tahap persiapan, operasional di lapangan, serta pelaporan dan evaluasi. KKN di UGM juga memiliki bobot sepuluh SKS dengan mata kuliah yang terintegrasi, seperti persiapan teknis, komunikasi masyarakat, penerapan teknologi tepat guna, hingga literasi kesehatan.

Kasubdit PKM UGM menambahkan bahwa penentuan lokasi KKN dilakukan melalui koordinasi dengan pemerintah daerah dengan menggunakan instrumen pemetaan capaian. Setiap dosen pembimbing lapangan membimbing sekitar dua puluh hingga tiga puluh mahasiswa, dan mahasiswa dengan kebutuhan khusus tetap difasilitasi secara proporsional. Diskusi juga menyoroti pentingnya pembekalan dosen pembimbing lapangan baru melalui sekolah DPL, sinergi antara pengabdian dosen dengan publikasi artikel yang berorientasi pada SDGs, hingga dukungan transportasi dan pembiayaan program yang disesuaikan dengan lokasi mahasiswa.

Kegiatan benchmarking ini tidak hanya menjadi sarana bertukar pengalaman, tetapi juga langkah strategis bagi UIN Sunan Kalijaga dalam memperkaya wawasan dan praktik pengelolaan KKN. Melalui kolaborasi ini, diharapkan peran perguruan tinggi semakin nyata dalam mendukung pembangunan berkelanjutan sekaligus mencetak mahasiswa yang berkarakter, kompeten, dan berdaya guna di masyarakat.