Diskusi Bulanan PLD: Menyelami Makna Neurodiversitas Bersama Nel

Yogyakarta, 18 Oktober 2025

Pusat Layanan Difabel (PLD) kembali menggelar diskusi bulanan yang berlangsung selama lebih dari dua jam dengan suasana hangat dan antusiasme peserta yang tinggi. Diskusi kali ini menghadirkan Nele Maren Quincke (akrab disapa Nel) sebagai narasumber, dengan tema “Neurodiversitas: Apa dan Mengapa Itu Penting?”

Nel memperkenalkan diri sebagai mahasiswa Ilmu Kesejahteraan Sosial di Hamburg University of Applied Sciences (HAW Hamburg) Jerman, yang saat ini tengah menjalani program magang di Sasana Inklusi dan Gerakan Advokasi Difabel (SIGAB) sejak September 2025 hingga April 2026. Sebagai seorang difabel ganda (autis, ADHD, trauma, dan penyakit kronis), Nel membagikan pemahaman yang sangat mendalam tentang neurodiversitas, baik secara konseptual maupun dari pengalaman pribadi.

Dalam paparannya, Nel menekankan bahwa kesulitan individu neurodivergen tidak semata-mata bersumber dari tubuh atau otak, melainkan dari lingkungan sosial yang belum inklusif. Ia membedah perbedaan antara model medis, moral, dan karikatif yang menempatkan disabilitas sebagai beban atau objek belas kasihan dengan model sosial dan Hak Asasi Manusia (HAM) yang menekankan tanggung jawab masyarakat dalam menciptakan lingkungan inklusif. Menurut Nel, arah perubahan harus difokuskan pada sistem sosial, bukan pada individu, melalui penyediaan akomodasi, penghapusan stigma, dan perluasan ruang partisipasi.

Neurodiversitas dipahami Nel dalam tiga lapisan makna: sebagai realitas biologis bahwa sistem saraf manusia beragam; sebagai paradigma yang menolak neuronormativitas atau standar tunggal berpikir dan berperilaku; serta sebagai gerakan yang menggeser fokus dari penyembuhan menuju penerimaan. “Neurodiversitas adalah bentuk ‘Bhinneka Tunggal Ika’ bagi otak manusia,” ujar Nel, menegaskan pentingnya menciptakan dunia yang memberi ruang setara bagi semua orang baik neurotipikal maupun neurodivergen.

Diskusi ini menjadi ruang refleksi penting bagi peserta untuk memperluas pemahaman tentang keberagaman cara berpikir dan berinteraksi, serta meneguhkan komitmen PLD terhadap inklusi dan keadilan bagi seluruh penyandang disabilitas.

Koordinator PLD UIN Sunan Kalijaga
Asep Jahidin