Jejak Kolaborasi di Gadingsari: Mahasiswa UIN Suka Bersinergi dengan Warga Desa
Pada 14 Juli 2025, rerimbunan jalan desa Gadingsari, Sanden, Bantul, menyambut langkah awal mahasiswa UIN Sunan Kalijaga dalam pengabdian KKN Reguler Kelompok 146/117. Dosen Pembimbing Lapangan Nira Nurwulandari, M.Pd. mendampingi tim yang diketuai oleh Rangga Adha Febriansyah, dengan sembilan anggota lainnya dari berbagai disiplin seperti Manajemen Keuangan Syariah, Ilmu Hukum, Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Sastra Inggris, Manajemen Pendidikan Islam, Hukum Keluarga Islam, Ilmu Al-Qur’an & Tafsir, Manajemen Dakwah, dan Hukum Ekonomi Syariah. Masa pengabdian dirancang hingga 19 Agustus 2025, memberikan waktu lebih dari satu bulan untuk menyelami kehidupan masyarakat setempat.
Sejak hari pertama, tim KKN memulai dengan rapat koordinasi internal dan merancang “tadabur alam” sebagai bagian dari acara malam bina iman dan taqwa (mabit). Di malam selasa, mereka menggelar pengajian rutin ibu-ibu, sementara di pagi harinya, kerja bakti dengan pemuda desa membantu persiapan tiang bendera menyemarakkan semangat nasionalisme.
Pada hari berikutnya, anggota kelompok menanam bibit labu sebagai bagian dari program penunjang, dan juga memetakan rute peta digital komoditas tanaman. Beberapa mahasiswa mengajukan proposal sponsorship ke LAZISMU Artha Amanah untuk mendukung kegiatan sosialisasi “Bimbingan Pra Nikah”. Sowan ke RT dan koordinasi evaluasi menjadi rutinitas harian dalam memastikan bahwa program mereka relevan dengan kebutuhan masyarakat.
Lewat minggu-minggu berikutnya, tim semakin aktif. Mereka memadukan kegiatan spiritual, sosial, dan edukasi: kerja bakti di masjid Al-Ikhlas, mendiskusikan acara Agustusan bersama pemuda desa, hingga mengorganisir Mabit bersama. Pada saat pelaksanaan program unggulan “Sosialisasi Bimbingan Pra Nikah”, mahasiswa membagi undangan, menggelar rapat koordinasi, menyelenggarakan bakti sosial, dan menyosialisasikan pencegahan sarang nyamuk (PSN) kepada warga. Di sela-sela itu, aktivitas TPA berjalan paralel — memastikan bahwa anak-anak desa tetap terlibat dalam kegiatan keagamaan.
Menjelang puncak kemerdekaan, suasana Gadingsari makin meriah. Persiapan lomba voli, pemasangan dekorasi kemerdekaan, dan pertandingan antar RT mewarnai hari-hari menjelang 17 Agustus. Di momen Hari Kemerdekaan, mahasiswa ikut menyiram bibit labu, menghadiri acara tirakatan malam, dan menggelar pertemuan terakhir bersama pemuda dan warga — sebagai penanda bahwa masa pengabdian memasuki fase penarikan.
Di minggu terakhir, kelompok 146/117 mengakhiri pengabdian dengan upacara penarikan resmi. Mereka menyiram tanaman sebagai simbol perawatan masa depan, menyerahkan kenang-kenangan kepada Pak Dukuh, dan melaksanakan pengajian malam selasa. Pada 19 Agustus, mahasiswa dan masyarakat berkumpul dalam suasana keakraban dan doa bersama, menutup bab pengabdian dengan harapan bahwa nilai, ide, dan semangat perubahan yang telah ditabur akan terus tumbuh di Gadingsari.
Langkah sehari-hari kelompok ini menunjukkan komitmen yang lebih dari sekadar tugas akademik. Mereka hadir sebagai mitra, bukan tamu; mereka menyatu dengan tradisi desa, merajut interaksi, dan menjalankan program yang berpijak pada kebutuhan lokal. Jejak mereka — dari pengajian ibu-ibu, kerja bakti, penanaman bibit, hingga sosialisasi pra-nikah — semoga terus menyala di benak warga Gadingsari, menggugah semangat kolaborasi antara kampus dan masyarakat di masa depan.
Penulis: Nadina Sri Halimah (Oktober 2025)