Kehadiran Nyata di Tambahmulyo: Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Menebar Nilai Lewat Edukasi dan Kolaborasi

Pada 14 Juli 2025, sekelompok mahasiswa dari UIN Sunan Kalijaga resmi mengawali pengabdian mereka melalui KKN Reguler Kelompok 298/117 di Desa Tambahmulyo, Kecamatan Jakenan, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Pengabdian berlangsung hingga 19 Agustus 2025 dengan bimbingan Dr. H. Zamakhsari, M.Pd. sebagai Dosen Pembimbing Lapangan dan dipimpin oleh Debi Arlianto, mahasiswa dari jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam. Dalam kurun waktu lebih dari satu bulan tersebut, kelompok ini aktif menjalankan ragam kegiatan edukatif, sosial, budaya, dan pemberdayaan masyarakat.

Sejak minggu pertama, tim KKN langsung “turun ke lapangan” dan beradaptasi dengan kehidupan desa. Pagi-pagi, mereka memulai rutin senam bersama di Posyandu Dahlia, mencairkan suasana sambil memperlihatkan komitmen hadir untuk masyarakat setempat. Kegiatan MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah) di SDN 02 Tambahmulyo menjadi agenda penting mereka: mahasiswa membantu guru dalam menyapa siswa baru, bahkan memberi wawasan tentang “anti bullying” kepada siswa kelas 2–6. Kehadiran ini bukan sekadar formalitas, melainkan upaya menjalin kedekatan sejak hari-hari awal.

Dalam selang waktu tak lama, mereka mengikuti rapat koordinasi kegiatan desa dan ikut hadir dalam tradisi lokal seperti yasinan dan tahlil bersama warga. Aktivitas sosial lainnya mencakup posyandu untuk ibu hamil, sosialisasi kesehatan mental di MTs Tarbiyatul Islamiya, serta les mengajar bagi anak-anak desa. Mahasiswa tak pandang hari, mereka menggabungkan tugas akademik dengan hadir di ruang-ruang kehidupan warga: dari permainan badminton hingga rapat persiapan lomba layangan bersama komunitas sekitar.

Memasuki minggu kedua, ragam aktivitas semakin melebar dan beragam. Mahasiswa turut melakukan tahlilan bersama warga dan sowan ke rumah Ketua RT, membuka jalur komunikasi personal. Di bidang keagamaan, mereka mengajar di TPQ Raudhatul Muawanah untuk anak-anak. Kegiatan edukatif pun merambah ke topik kesehatan dan lingkungan: mereka menggelar sosialisasi jentik-jentik nyamuk—upaya preventif terhadap penyakit demam berdarah—dan mengajak anak-anak desa bermain sambil belajar melalui game di momen Hari Anak Nasional.

Kolaborasi dengan masyarakat makin terasa tatkala mereka membantu membersihkan masjid, mengikuti pengajian selapanan, dan melakukan sosialisasi terhadap isu krusial seperti narkoba, kenakalan remaja, dan pernikahan dini. Semua ini dilakukan dengan pendekatan partisipatif: mengajak warga berdialog, menyampaikan materi ringan, serta menyelaraskan kegiatan sesuai nilai-nilai lokal.

Pada minggu ketiga, tim KKN mulai mempersiapkan event yang lebih besar. Rapat koordinasi acara lomba layangan menjadi fokus, sekaligus koordinasi dengan narasumber untuk sosialisasi sertifikasi halal bagi UMKM desa. Jejak kerja mereka pun mencakup proses branding dan persiapan acara, termasuk kampanye brosur sertifikasi halal ke UMKM lokal. Di sisi keagamaan, mereka terus mempelopori yasinan dan tahlil bersama ibu-ibu, serta ikut aktif dalam program sekolah pemberdayaan yang diselenggarakan oleh LPPM.

Di pekan keempat, intensitas kegiatan semakin tinggi. Mahasiswa mengagendakan rapat persiapan, sosialisasi sertifikasi halal, hingga koordinasi festival layangan bersama perangkat desa. Mereka juga memperluas jangkauan dengan mendatangi sekolah-sekolah (SD, MI, SMP) untuk mengundang siswa berpartisipasi dalam perayaan Agustus. Tak lupa, mereka rutin melakukan pengajaran di TPQ Raudhatul Muawanah, menjalin silaturahmi di sekolah, dan ikut merapal program pemberdayaan masyarakat.

Puncak kegiatan dilaksanakan menjelang atau pada 17 Agustus. Kegiatan “Agustusan” digelar meriah di tingkat desa dan RT: lomba layangan antardusun dan antarkelompok, acara jalan sehat bersama masyarakat Tambahmulyo, senam ibu-ibu, festival lampion, serta lomba kreatif lainnya menyemarakkan suasana kemerdekaan. Malam harinya, festival lampion dan kegiatan sosial menjadi ruang kebersamaan antara mahasiswa, perangkat desa, dan warga setempat.

Pada tanggal 19 Agustus 2025, tim KKN 298/117 mulai menutup pengabdian mereka dengan sowan pamitan ke rumah Ketua RT dan rangkaian acara perpisahan di dusun Tambakkapas. Meski dokumentasi belum menampilkan daftar program kerja resmi, catatan kegiatan harian memperlihatkan kerja nyata penuh ragam: edukasi, kesehatan, sosial, budaya, dan kolaborasi masyarakat. Lewat peran mereka, mahasiswa tidak sekadar hadir sebagai agen akademik, melainkan menjadi mitra yang belajar dari dan bersama warga Tambahmulyo.

Hadirnya KKN 298/117 menjadi pengingat bahwa perubahan di desa tidak selalu lahir dari program besar, tapi dari kehadiran konsisten, interaksi nyata, dan aksi kecil yang mengakar. Mudah-mudahan langkah-langkah mereka menjadi benih inspirasi yang tumbuh lebih jauh di Tambahmulyo setelah mahasiswa kembali ke kampus.

Penulis: Nadina Sri Halimah (Oktober 2025)