Merajut Keberagaman dan Kepedulian: Jejak KKN 297/117 di Dayu, Karanganyar
Senin pagi, 14 Juli 2025, udara Desa Dayu, Kecamatan Gondangrejo, Karanganyar, disapa oleh semangat pengabdian mahasiswa UIN Sunan Kalijaga. Dengan penuh antusiasme, Kelompok 297/117 secara resmi mengawali masa KKN yang akan berlangsung hingga 4 Agustus 2025, dibimbing oleh Dr. Murtono, M.Si., dan dipimpin oleh Moh Ikfal Mustofa. Desa Dayu pun menjadi panggung kolaborasi lintas agama, edukasi, dan kepedulian sosial yang kaya warna.
Langkah pertama mereka adalah turun ke masyarakat lewat kegiatan sinergis bersama: pukul 08.30 hingga 10.00, rombongan bergabung dalam program Posyandu yang diselenggarakan bersama mahasiswa KKN dari UNS dan Puskesmas setempat di Gedung Serbaguna. Kehadiran mereka bukan sekadar hadir, tetapi ikut bertukar tenaga dan kedekatan bersama warga lansia, balita, dan kader kesehatan desa. Tak lama kemudian, suasana keakraban semakin kuat saat tim sowan ke tokoh agama Kristen di Dukuh Suruhan, Mbah Suparmi—sebuah langkah awal membangun hubungan antarumat beragama yang hangat di Dayu.
Dalam rentang hari berikutnya, kelompok 297 tidak tinggal diam. Mereka menyambangi MI Sudirman di Dukuh Puncung untuk berdiskusi program kerja dan sinergi pendidikan. Tak hanya itu, pada hari berikutnya mereka melakukan kunjungan edukatif ke Museum Manusia Purba Sangiran Klaster Dayu—usaha memperkaya wawasan sejarah lokal dan sivik mahasiswa serta warga. Upaya mereka dalam merajut relasi diwujudkan pula melalui kunjungan ke goa Song dan tempat penelitian manusia purba di Dukuh Puncung, dipandu bersama Ketua RT 03, sekaligus menyambung dialog tentang budaya, alam, dan sejarah setempat.
Sore hari tidak disia-siakan: mahasiswa mengisi relung-relung spiritual masyarakat dengan mengajar di TPA Nurul Iman, menebar dakwah ramah dan edukatif bagi anak-anak desa. Tradisi keagamaan dan kerja bakti menjadi benang merah aktivitas yang mereka lakukan hampir setiap hari. Suatu hari, mereka menelusuri wisata lokal Cemoro Pitu, sembari berkoordinasi untuk pembuatan plang larangan membuang sampah—simbol tanggung jawab kolektif terhadap kebersihan lingkungan.
Menjelang pertengahan masa tugas, kelompok 297 bergerak ke tahap persiapan program kerja resmi. Mereka berkumpul di balai desa, menyiapkan proposal, menyusun konsumsi rapat, dan memfasilitasi pembagian beras BULOG kepada warga. Tidak hanya administratif, mereka turun ke kegiatan fisik: kerja bakti bersama warga, senam massal bersama ibu-ibu, dan mengajar TPA di sore hingga malam. Semangat gotong royong meresap: salah satu hari dihabiskan untuk kerja bakti membangun lapangan serbaguna bersama Karang Taruna Dukuh Suruhan.
Minggu kedua hingga ketiga menjadi puncak aktivitas kolaboratif. Mahasiswa menyiapkan dan melaksanakan fun game dan fun learning bersama siswa MI Sudirman, membagikan materi edukasi, dan melaksanakan evaluasi harian. Di malam hari mereka juga menyusuri program besar seperti sosialisasi stunting dan cek kesehatan remaja di Gedung Serbaguna—program bersinergi dengan mahasiswa KKN UNS. Pemasangan umbul-umbul untuk menyemarakkan 17 Agustus, rapat persiapan lomba desa (PorDes), dan peran aktif dalam cabang olahraga desa turut menjadi bagian aktivitas harian mereka.
Ketika kemeriahan “Agustusan” menggema, kelompok 297 ikut meramaikan lomba desa, senam bersama ibu-ibu, hingga pertunjukan malam yang melibatkan seluruh warga Dusun Suruhan. Mereka merancang program, fasilitasi acara, dan hadir sebagai bagian komunitas dalam hiruk-pikuk kemerdekaan.
Akhirnya, pada 4 Agustus 2025, masa pengabdian resmi ditutup. Tim KKN 297/117 melakukan penarikan dan pamitan kepada perangkat desa dan warga Dayu. Meski dokumentasi belum menampilkan program kerja baku yang sebelumnya digagas, catatan sehari-hari mereka menunjukkan jejak kolaboratif: dari posyandu, kunjungan edukasi dan sejarah, pengajaran TPA, kerja bakti, sosialisasi kesehatan, hingga perayaan kemerdekaan bersama warga.
Jejak mahasiswa 297/117 di Dayu bukan sekadar kehadiran temporer, melainkan upaya merajut benang kebersamaan, toleransi antaragama, dan kepedulian sosial. Semoga gagasan dan inisiatif mereka menjadi benzinkan semangat perubahan lokal, tumbuh terus di hati warga Dayu setelah para mahasiswa kembali ke kampus.
Penulis: Nadina Sri Halimah (Oktober 2025)