Merangkai Semangat Desa Pesagen: Kisah KKN 301/117 UIN Sunan Kalijaga
Pada tanggal 15 Juli 2025, mahasiswa UIN Sunan Kalijaga yang tergabung dalam KKN Reguler Kelompok 301/117 memulai langkah pengabdian mereka di Desa Pesagen, Kecamatan Gunungwungkal, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Dosen Pembimbing Lapangan, Dr. Shaleh, S.Ag., M.Pd., mendampingi tim yang dipimpin oleh Ahmada Namil Abid. Program pengabdian ini akan berlangsung hingga 17 Agustus 2025, menjadikan Desa Pesagen sebagai ruang belajar bersama antara mahasiswa dan masyarakat setempat.
Dalam hari-hari awal masa KKN, mahasiswa segera beradaptasi dengan dinamika desa. Mereka membantu pelaksanaan MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah) di MTs dan MI Thowalib, menyiapkan perlengkapan lomba, dan mendokumentasikan rangkaian acara sebagai arsip sekolah. Selain itu, mahasiswa juga mengajar mengaji di TPQ Thowalib dan melakukan silaturahmi ke perangkat desa, menandai bahwa kehadiran mereka bukan sekadar formalitas, melainkan usaha mendekatkan diri pada kehidupan warga.
Seiring perjalanan waktu, beragam aktivitas sosial dan keagamaan ikut mereka rangkul. Mereka membantu penutupan MPLS dan pembagian hadiah di sekolah, ikut tahlilan 40 hari wafatnya ibu dari salah satu anggota tim, serta berpartisipasi dalam kegiatan rutin warga seperti tahlilan RT. Pada suatu pagi, tim KKN turut membantu Posyandu Remaja di balai desa, dan siangnya menghadiri acara “selapanan”—tradisi yang digelar setiap 35 hari sekali. Lewat momentum ini, mahasiswa bukan sekadar hadir sebagai “pihak luar,” tetapi sebagai bagian dari denyut hidup masyarakat Desa Pesagen.
Memasuki minggu kedua, suasana pengabdian semakin intensif. Tim menyelenggarakan sosialisasi program kerja kepada warga dan perangkat desa, serta mengadakan sesi tanya jawab untuk merespons kebutuhan masyarakat. Mereka juga berkoordinasi dengan MI Thowalib dan menggelar tahlil bersama warga sebagai bentuk kepekaan sosial dan kolaborasi keagamaan. Aktivitas keagamaan terus berlanjut dalam bentuk mengajar ngaji lansia di berbagai mushola, sholat berjamaah, dan kunjungan ke rumah warga yang sedang berduka.
Tidak hanya urusan keagamaan dan sosialisasi, KKN 301/117 juga memfokuskan diri dalam edukasi dan advokasi lokal. Mereka mengajar bimbingan belajar untuk siswa kelas rendah, mendampingi ngaji lansia di beberapa titik mushola, dan berbagi materi edukasi di sekolah dan masjid setempat. Di sela-sela itu, mereka juga mempersiapkan program E-commerce dengan koordinasi kepada RT terkait, serta mengikuti rapat persiapan lomba kemerdekaan yang melibatkan remaja masjid.
Menjelang puncak kegiatan kemerdekaan, semangat kebangsaan merebak di Desa Pesagen. Tim membantu pemasangan bendera, ikut lomba kreatif seperti brownies batik berbahan mocaf, dan turut menyelenggarakan lomba warna-warni kemerdekaan untuk anak-anak dan remaja. Mereka juga mengadakan workshop olahan mocaf bersama ibu-ibu desa sebagai bagian dari program unggulan. Pada malam harinya, setelah rangkaian lomba, mereka melaksanakan khatmil Qur’an bersama Dosen Pembimbing Lapangan.
Selama masa pengabdian, meskipun dokumentasi belum menunjukkan daftar program kerja tetap, catatan kegiatan harian tim menampilkan keseimbangan antara kegiatan sosial, keagamaan, edukatif, dan kreasi lokal. Mahasiswa tidak hanya mengajar dan memberikan program, tetapi turut berkeringat, duduk bersama warga, dan membaur dalam aktivitas tradisi desa. Jejak mereka di Pesagen—dari TPQ, sekolah, balai desa, hingga rumah warga—merupakan wujud nyata bahwa pengabdian kampus bisa meresap ke sendi kehidupan masyarakat, bukan sekadar aktivitas sementara.
Penulis: Nadina Sri Halimah (Oktober 2025)