Jejak KKN 309/117: Menelusuri Tanah Bergerak dan Membumikan Nilai di Penusupan
Pada pertengahan Juli 2025, mahasiswa dari UIN Sunan Kalijaga yang tergabung dalam kelompok 309/117 memulai perjalanan pengabdian mereka di Desa Penusupan, Kecamatan Pejawaran, Kabupaten Banjarnegara. Pelaksanaan KKN berlangsung dari 14 Juli hingga 22 Agustus 2025, di bawah bimbingan Dosen Pembimbing Lapangan Rachmad Resmiyanto, S.Si., M.Sc. dengan M. Imammuda Akdasuma Akbar sebagai ketua kelompok. Lokasi pengabdian yang dipilih — Penusupan — dikenal memiliki tantangan lingkungan, khususnya gejala tanah bergerak, sehingga menjadi arena konkret bagi mahasiswa untuk menghadirkan pemahaman ilmiah sekaligus aksi sosial.
Sejak hari-hari pertama, para mahasiswa langsung menancapkan niat pengabdian lewat program pengukuran tanah bergerak secara mikro (microtremor) dan metode geolistrik. Aktivitas tersebut dilakukan secara bertahap, dari penelusuran titik-titik rawan di Desa Penusupan hingga pengumpulan data lapangan tentang karakteristik pergerakan tanah. Dari sisi sosial-keagamaan, mahasiswa bersinergi dengan warga melalui pengajaran TPQ (Taman Pendidikan Al-Qur’an) di TPQ Al-Kautsar, silaturahmi dengan kepala desa, serta pemetaan kebutuhan dan kondisi masyarakat setempat. Kegiatan sosial lain seperti senam desa, sosialisasi pemilahan sampah (organik dan anorganik), serta edukasi pencegahan bullying juga menjadi bagian dari agenda harian.
Masuk ke minggu-minggu berikutnya, mahasiswa mengintensifkan aktivitas di sektor pendidikan dan literasi sosial. Mereka melakukan kunjungan ke madrasah (MI Ma’arif), sekolah kejuruan (SMK di Batur) untuk berbagi pengetahuan tentang pengelolaan sampah, serta memproduksi video bertema “Stop Bullying” sebagai media edukasi ke siswa-siswa sekolah di sekitar. Kegiatan drama dan pentas seni mulai dipersiapkan sebagai rangkaian program kemerdekaan, sementara warga dan mahasiswa bersama-sama menanam bibit sayuran di pekarangan lokal sebagai simbol ketahanan pangan mikro.
Menjelang 17 Agustus, suasana kebersamaan semakin terasa. Mahasiswa turut dalam kerja bakti persiapan upacara, pemasangan plang peringatan kawasan rawan bencana, hingga pertunjukan seni dari anak-anak desa. Pada hari kemerdekaan, mereka bersama warga menghadiri upacara bendera dan meneruskan pemasangan plank mitigasi tanah bergerak. Setelah itu, pada minggu terakhir masa pengabdian, mahasiswa menggelar sosialisasi mitigasi bencana tingkat kecamatan, rapat koordinasi dengan perangkat desa, silaturahmi ke warga, hingga acara perpisahan yang haru.
Walaupun dokumentasi kelompok ini belum menampilkan program kerja spesifik yang dirancang jauh hari, catatan harian kegiatan mencerminkan keaktifan mahasiswa dalam menyatukan keilmuan dan empati sosial. Mereka hadir sebagai penerjemah ilmu—menganalisis gejala alam—serta sebagai sahabat masyarakat — mengajar, berdialog, dan berbagi di ruang publik desa. Harapannya, jejak pengabdian mereka bisa menjadi benih perubahan: kesadaran mitigasi bencana, kepedulian terhadap lingkungan, dan ikatan sosial yang tetap terpelihara meski masa KKN telah usai.
Penulis: Nadina Sri Halimah (Oktober 2025)