DISKUSI ASIK PEKA (PEMBALUT KAIN) DI PESANTREN HARAPAN AR-RISALAH BANTUL

LP2M -1 Agustus 2021, Kuliah Kerja Nyata (KKN) 105 UIN Sunan Kalijaga kelompok 22 yang berlokasi di pondok pesantren Harapan Ar-Risalah mengadakan acara "Diskusi Asik Edukasi PEKA (Pembalut Kain)". Diskusi plus praktek ini dilakukan oleh beberapa santriwati yang sudah pernah mengikuti penyuluhan tentang PeKa (Pembalut Kain) sebelumnya. Diskusi asik ini berbicara banyak tentang banyaknya limbah dari sampah wanita atau pembalut yang tidak ramah lingkungan dan dan tidak dapat di urai. Diakusi ini juga memberikan contoh bagaimana cara membuat PeKa (Pembalut Kain) yang benar yang mana diisi langsung oleh Ibu Siti Aminah salah satu inisiator pegiat PEKA (pembalut kain).
Nisa Arofatul Aulia salah satu anggota KKN 105 Ar- Risalah mengatakan bahwa "pelatihan pembuatan peka atau pembalut kain, merupakan salah satu program kerja lanjutan dari penyuluhan pengolahan sampah, yang mana sampah wanita sendiri termasuk dalam kategori anorganik. Penggunaan peka merupakan solusi dalam mengurangi sampah anorgnik yang tidak laku dijual dan tidak dapat di daur ulang namun tetap ramah lingkungan."
Dari kegiatan tersebut pihak pondok pesantren Harapan Ar- Risalah Bantul juga menyambut dengan baik. "kami sangat berterimakasih karena santri telah diajak dalam pembuatan pembalut kain, dengan harapan mampu mengurangi sampah pembalut. Apalagi dengan jumlah sampah yang mencapai 1,4 milyar keping tiap tahunnya tentu itu bukan angka yang kecil. Oleh karena itu kiranya setelah pelatihan ini dilaksanakan harapannya bukan sekedar praktek, namun dapat dilaksanakan oleh kaum perempuan pada umumnya dan santri putri Ar- Risalah khususnya" Ujar Uztad malik (Salah satu dari pengurus pondok Harapan Ar-Risalah)
Selama acara berlangsung, Ibu siti aminah menjelaskan panjang lebar tentang PEKA (Pembalut Kain). "Mari kita sebagai perempuan yang peka. Peka dengan bumi kita maknanya dengan kita mengurangi sampah pembalut sekali pakai, dimana jumlah sampah pembalut di Indonesia mencapai 1,4 milyar keping tiap tahunnya yang masih akan bertambah lagi. Kemudian peka terhadap diri sendiri, mengapa peka terhadap diri sendiri? Karena kita s sayang pada diri kita sendiri. Penggunaan pembalut sekali pakai yang terlalu dikhawatirkan zat- zat kimia yang terdapat dalam pembalut dapat mengganggu kesehatan organ reproduksi wanita.
Peka yang selanjutnya adalah peka ekonomi, perempuan harus bijak dalam mengatur keuangan. Idealnya pembalut sekali pakai itu digunakan diganti per dua jam. Kalau sehari saja, harus butuh berapa keping pembalut? Jika di rupiahkan butuh berapa rupiah untuk membeli pembalut sekali pakai, apakah dapat dikatakan hemat? Mari kita menjadi perempuan yang peka, hemat dan cerdas". Ucap Bu Aminah.
“Ayo kita cintai lingkungan dengan cara memakai PeKa (Pembalut Kain), agar penggunaan pembalut sekali pakai juga berkurang”. Ujar Pasha (Salah satu santriwati di pondok pesantren Harapan Ar- Risalah).
Pada dasanya, kegiatan ini bertujuan supaya para santiwati di pondok pesantern Harapan Ar-Risalah lebih memperhatikan sampah wanita atau pembalut yang tidak dapat di urai. Di harapkan dari adanya diskusi plus praktek ini, santriwati dari pondok pesantren Harapan Ar-Risalah dapat mengurangi sampah wanita atau pembalut yang semakin banyak jumlahnya. Serta dari pelatihan ini harapannya adalah mereka bisa menyebarluaskan ilmu yang sudah mereka dapat ke tempat asal mereka masing-masing. (Burhan, 2021).