KELAS BISINDO “PERKENALAN BAHASA ISYARAT DAN BUDAYA TULI” OLEH TIM KKN 105 UIN SUNAN KALIJAGA DI DESA KERTAWANGI

Kegiatan Kelas Bahasa Isyarat Secara Daring oleh Raka Nurmujahid Ammrulah.
LP2M -KKN 105 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Kelompok 54 di Desa Kertawangi Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat mengadakan Kelas BISINDO dari bidang Pendidikan dengan mengangkat tema “PERKENALAN BAHASA ISYARAT DAN BUDAYA TULI”. Kelas ini diadakan bagi peserta bimbel (Bimbingan Belajar) dan dilakukan setelah kegiatan bimbel pada hari Kamis Tanggal 12 Agustus 2021 pukul 10.30-11.30. Kegiatan Kelas Bisindo ini dilakukan secara offline dengan penyampaian secara online/daring. kegiatan yang dilakukan offline ini bertempat di masjid Jami Al-ikhlas dan disampaikan secara online oleh Raka Nurmujahid yang merupakan mahasiswa KKN kelompok 54 sekaligus sebagai pemateri ditemani Juru Bahasa Isyarat yaitu Kak Susi dalam kelas Bisindo ini.
Pada saat pelaksanaan, Imelda sebagai salah satu inisiator dari kegiatan ini menyampaikan dari tujuan diadakan dari kelas bisindo ini mengetahui, mengenal serta memberi pemahaman kepada peserta bahwa Tuhan menciptakan manusia dengan sangat baik dan memberi keistimewaan lainnya. Harapannya peserta yang mengikuti kelas ini akan mempunyai rasa peduli dan menyayangi sesama manusia serta tidak membeda-bedakan yang satu dengan yang lainnya.
Antusiasme anak-anak desa Kertawangi tinggi ketika mereka tampak aktif mendengarkan materi yang diajarkan oleh peserta KKN. Mereka mengaku kelas ini adalah sesuatu yang baru, karena belum pernah belajar bahasa isyarat sebelumnya. Meski, mereka masih awam tetapi antusiasme mereka tidak pernah luntur. Mereka dibantu oleh Susi selaku juru bahasa isyarat (JBI) yang bertugas menjurusbahasakan bahasa isyarat Indonesia (BISINDO) dengan bahasa Indonesia sehingga mereka dapat mengikuti kelas ini dengan baik dan penuh aksesibel.
Materi yang disampaikan oleh peserta KKN secara spesifik membahas tentang hal dasar, yaitu perbedaan Tuli dan tunarungu, stigma dan stereotipe tentang Tuli dan bahasa isyarat, dan pengenalan istilah audisme. Istilah audisme adalah sesuatu yang paling menarik di kelas tersebut, karena istilah tersebut merupakan superiornya orang dengar sebagai mayoritas yang merendahkan komunitas Tuli sebagai minoritas. Hal ini mirip dengan supremasi ras/ etnis.
Dan terakhir, kelas ini ditutup dengan pengenalan hak Tuli dan bahasa isyarat, Raka berharap desa Kertawangi mulai mengenal lebih dalam bahasa isyarat dan budaya Tuli sehingga dapat berdampak baik bagi pembangunan desa Kertawangi yang lebih inklusif, ramah, dan aksesibel untuk komunitas Tuli sehingga komunitas Tuli dapat diterima dan dihargai. Raka berharap akan mengajari bahasa isyarat secara langsung di desa Kertawangi dalam waktu dekat (Raka Nurmujahid 2021).