Terobosan KKN Tematik Menggiatkan Perekonomian Desa: Sekolah Pasar LP2M UIN Sunan Kalijaga di Ngopi Selasa.

LP2M – Sekolah Pasar LP2M UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta memberikan materi di diskusi Ngopi Selasa (Ngobrol Pagi Selaraskan Asa untuk Desa). Ngopi Selasa adalah diskusi bulanan yang diselenggarakan oleh LP2M Universitas Jember bersama KOMPAK (Kolaborasi Masyarakat dan Pelayanan untuk Kesejahteraan) seputar pembangunan desa. Kali ini adalahgelaran yang ke-26 Ngopi Selasa. Diskusi bertajuk Terobosan KKN Tematik Menggiatkan Perekonomian Desa. Acara dilaksanakan secara daring melalui zoom dank anal YouTube LP2M UNEJ OFFICIAL.

Acara dibuka dengan sambutan oleh Prof. Dr. Yuli Witono, MP. selaku Ketua LP2M Universitas Jember. Beliau menyampaikan, bahwa pasar menjadi salah satu barometer pertumbuhan ekonomi masyarakat di suatu daerah. “Pertumbuhan ekonomi pasar sangat dipengaruhi oleh perputaran atau sirkulasi pasar serta hiruk-pikuk kegiatan pasar. Maka itu, menjadi penting untuk mengangkat mutu dan citra pasar.”

Beliau melanjutkan, saat iniwajah pasar telah berubah, dari yang sebelumnya bernuansa kumuh, kinimenjadi tertata dan modern. Namun, manajemen atau pengelolaan pasar tidak berjalan seiring dengan wajah modern pasar tersebut. Ini menjadi faktor penghambat gerak pasar yang menyebabkan pasar tradisional kalah saing dengan supermarket dan toko online.

Minimnya literasi digital marketing para pedagang dan pelaku pasar tradisional di masa pandemi, membuat kondisi pasar makin memprihatinkan. Pasar kalah dengan toko-toko online yang digerakkan via gawai. “Untuk dapat bersaing dengan toko online itu, maka pelaku pasar harus mempersiapkan diri untuk transformasi perilaku dalam aktifitas pasar berdasarkan paradigma 4.0 dan literasi digital.”, kata Prof. Yuli.

Materi mengenai Sekolah Pasar disampaikan oleh Dinik Fitri Rahajeng Pengestuti, S.E., M.Ak, selaku Kepala Sekolah Pasar LP2M UIN Sunan Kalijaga di Desa Tirtonirmolo. Dinik menyampaikan,Tujuan utama dari dibentuknyaprogram ini adalah menumbuhkan produktifitas masyarakat untuk kemandirian ekonomi desa.

Sekolah Pasar dibentuk pada November 2020. Program ini dibentuk lantaran situasi pandemi amat berimbas pada gerak pasar.Pasar di Desa Tirtonirmolo salah satu yang merasakan dampaknya. Salah satu nya cara agar pasar tetap terus hidup dan dapat bersaing dengan pasar modern adalah dengan pemanfaatan ruang online seperti sosial media dan toko online. Minimnya tingkat literasi digital masyarakat pelaku pasardalam hal ini menjadi hambatan besar karena para pedagang hanya terbiasa berjualan/bertransaksi secara langsung,

“Demi mengangkat perekonomian masyarakat melalui pasar tradisional, pelatihan digital marketing, literasi keuangan, dan literasi ekonomi pada pelaku pasar menjadi strategi yang sangat penting.Kata Dinik.

LP2M merancang skema konversi KKN Pengabdian dengan merekrut mahasiswa untuk melaksanakan KKN tematik di Pasar Tirtonirmolo selama enam bulan dengan waktu pelaksanaan lapangan yang ditentukan kelompok mahasiswa sendiri dan kegiatan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasar. Dengan demikian, agenda KKN menjadi momentum pas untuk turut mensukseskan program Sekolah Pasar di Pasar Tirtonirmolo.

Sekolah Pasar berorientasi pada Community Based Research (CBR) dengan menekankan keterlibatan (engagement) setiap elemen pasar, seperti pedagang, pengelola, mitra, mahasiswa KKN, dosen dan pemangku kebijakan untuk turut andil bekerja sama mencapai misi Sekolah Pasar. Engagement ini, kata Dinik, “menjadi pintu awal yang akan banyak menetukan sekolah pasar kedepannya. Maka itu, kita harus bermitra secara setara.

Misi Sekolah Pasar di antaranya:

  1. Mendampingi pasar dalam mewujudkan pasar yang nyaman dan berdaya saing
  2. Mendampingin pasar dalam mewujudkan pasar tradisional yang dapat menjadi sumber belajar masyarakat
  3. Mendampingin pasar dalam pengelolaan lingkungan yang bersih dan sehat
  4. Mendampingi pasar dalam mewujudkan pasar sebagai pusat ekonomi mikro kecil dan menengah

Selain Dinik, diskusi juga dihadiri oleh pengelola Pasar Desa Tirtonirmolo Wihandari Ismuninggar.

Diskusi ini dihadiri oleh Andriza Syarifuddin sebagai CEO Nusa Berdaya, Praktisi ekspor produk pedesaan dan fasilitator UKM Go Export Kemendag. Syarifuddin memberikansharing terkait ekspor produk-produk desa dan pengalamanmerintis produk khas daerah yang bernilai. Ia mengatakan bahwa untuk memulai mengembangkan sebuah produk, hal yang pertama dilakukan adalah memahami konteks pasar. Melalui riset, maka kualitas produk dapat sesuai dengan kebutuhan pasar. (LP2M, 2021)