Dialog KKN Nusantara V 2025: Merawat Ekoteologi dan Memperkuat Moderasi di Tengah Keberagaman
Kegiatan Dialog Nusantara yang di bungkus dalam kegiatan monitoring dan evaluasi Kuliah Kerja Nyata (KKN) Nusantara V 2025 yang mengangkat tema merawat ekoteologi dan membangun negeri menjadi pembahasan yang sangat menarik di tengah keberagaman masyarakat yang ditempati oleh peserta KKN Nusantara. Kegiatan ini berlangsung di halaman Gereja Katolik Theresia Liseux, Yogyakarta, Rabu (06/08).
Kegiatan Dialog ini diikuti dari berbagai perwakilan kelompok KKN Nusantara yang mahasiswa nya bukan dari UIN Sunan Kalijaga.
Galuh Tri Pambekti selaku moderator dalam kegiatan dialog Nusantara yang akan memandu 4 tokoh dalam dialog Nusantara. Para pemateri yang hadir turut memberikan apresiasi terhadap terselenggaranya acara dialog Nusantara ini. Terkait peserta yang hadir berjumlah 140 mahasiswa KKN Nusantara V 2025 yang berasal dari kelompok masing-masing.
Dalam hal ini, Adimin Diens selaku Kasubtim Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Kementerian Agama RI, dalam dialognya bahwa persoalan keberagamaan akan selalu menjadi tantangan bagi bangsa Indonesia. "Di sinilah peran dengan adanya Kementerian Agama untuk menyatukan keberagaman yang ada," katanya.
Tantangan keberagaman menjadi pemicu untuk diharmonisasi sebaik mungkin. Di sinilah kemenag berperan dalam menyatukan nilai-nilai moderasi beragama di tengah keberagaman masyarakat. "agama ini punya cinta kasih dalam merawat kehidupan alam dengan menghidupkan nilai-nilai moderasi," lanjutnya.
Kemudian, Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik DIY, Lilik Andi Aryanto, menyampaikan internalisasi nilai-nilai Pancasila dalam konteks keberagaman. "Untuk itu perlu Penguatan karakter yang baik dalam menciptakan kerukunan umat beragama," katanya.
"Selaku Badan Kesbangpol bisa diajak kerjasama terkait desa Pancasila atau sekolah bhineka tunggal, dan forum kerukunan umat beragama," jelasnya.
Selain itu, Rm Laurentius Andhika Bayangkara Pr, selaku Romo Paroki Boro, menyampaikan Bagaimana gereja menjadi konkret menjadi jalan penghubung dan menjaga kerukunan antar agama lain, dan merawat alam. "Saling membantu dan berbagi walaupun memiliki latar belakang yang berbeda," katanya.
"Contohnya seperti dalam rangka hari perayaan lebaran umat muslim, di situ umat agama Katholik membantu menyukseskan perayaan tersebut,"
Pembicara terakhir, I Made Andi Arsana, selaku konten kreator dan dosen Universitas Gadjah Mada, menyampaikan toleransi dan menghormati di awali dari pengetahuan. Keberagaman itu tidak harus selalu kebersamaan. "Hanya saja Harus membekali dengan pemahaman yang mendalam," tutupnya.
Penulis: Febrian Hidayat