Tingkatkan Literasi Anak dengan Fun Learning: Cerita dari Desa Jambugeulis

LP2M - Literasi sadalah pangkal daripendidikan. KKNUIN Sunan Kalijagan angaktan 111 berangkat dari background yang amat beragammencoba tantangan baru menghadapi ruang eksplorasi yang ada di Desa Jambugeulis.

Desa Jambugeulis memiliki focus kegiatan yang cukup banyak dikhususkan untuk anak-anak. Di desa ini kami menjumpai wadah pendidikan yang berupa TK, SD dan TPA/Madrasah Diniyyah. SDN Jambugeulis

Untuk program Kelas Literasi ini kami mengajak anak-anak supaya lebih mengenal dan bisa memahami apapun yang ada disekitarnya. Walaupun tidak ada satupun yang berasal dari fakultas tarbiyah,dengan metode fun learning kami mengajak anak-anak yang ada di Desa Jambugeulis untuk bisa belajar tanpa rasa takut berekspresi.

Program literasi yang kami tawarkan terdiri dari tiga bidang, yaitu kelas literasi itu sendiri, kelas bahasa asing, serta pojok baca. Program ini dibuat karena melihat capaian kemampuan anak dalam dunia pendidikan yang seharusnya bisa seimbang dengan pendidikan yang ada di kota. Dari hasil wawancara ke beberapa anak, ternyata di desa ini, anak-anak usia sekolah dasar masih asing dengan konsep literasi menggunakan metode fun learning, apalagi dengan bahasa asing. Di sekolah anak-anak hanya diajarkan bahasa daerah (bahasa Sunda), tidak untuk bahasa asing seperti bahasa Inggris. Alhamdulilah-nya anak-anak sudah dikenalkan dengan Bahasa Arab yang didapatkan di Madrasah Diniyyah.

TPA dan Madrasah Diniyyah yang ada di desa ini dibuat sebagai wadah pendidikan tambahan untuk bidang keagamaan bagi anak-anak sekolah dasar. Sekitar seratusan anak, setiap pagi sampai pukul 13.00 WIB anak-anak berangkat ke sekolahnya, kemudian di pukul 14.00 WIB anak-anak berangkat ke TPA dan Madrasah Diniyyah untuk belajar kembali. Jadi TPA di desa ini, bisa dikatakan sekolah kedua bagi anak-anak usia sekolah dasar, karena pesertanya sama yaitu semua anak sekolah dasar diwajibkan mengaji di desa ini. Hal tersebut bisa terjadi karena terjadinya koordinasi yang baik antara guru di sekolah dan di TPA. Tidak sedikit juga, guru-guru yang mengajar di TPA atau Madrasah Diniyyah adalah guru yang mengajar di sekolah dasar. Dari sinilah hal yang memudahkan kami untuk berkoordinasi menggunakan program yang sama yaitu Kelas Literasi di jam sekolah dan jam TPA atau Madrasah Diniyyah.

Untuk KBM program Kelas Literasi ini, kami menggunakan hari Jum’at di TPA dan hari Sabtu di sekolah. Dalam pelaksanaannya, anak-anak sangat antusias, sampai-sampai anak-anak menanyakan “Kenapa kakak-kakak tidak berangkat setiap hari kak? Kan kita bisa bermain”. Tanpa mereka sadari, hal yang kami tawarkan sebenarnya bukan semata permainan belaka, melainkan edukasi yang dikemas melalui pola-pola permainan yang sifatnya fun learning. Kami mengupayakan untuk tidak menggunakan metode ceramah, mengingat daya konsentrasi anak tidak cocok untuk penerapan metode yang demikian.

Adapun pojok baca secara khusus pernah kami laksanakan juga untuk usia remaja. Tepatnya di waktu Posrem, akhir Juli lalu. Remaja diajak untuk membaca buku yang sudah disediakan, dan menceritakan hasil yang mereka baca. Selain itu, kami juga mengupayakan permainan-permainan melatih penguasaan kosa kata anak. Kejadian ini disaksikan oleh ibu-ibu PKK yang ada disana, dan semua wajah merasa senang dengan adanya acara tersebut.

Dari kegiatan yang kami tawarkan, outcome yang kami harapkan dari program kerja Kelas Literasi ini adalah anak-anak semangat untuk belajar hal-hal baru yang tidak biasa ada di lingkungan mereka, terus percaya diri bahwasannya pendidikan bisa di dapatkan dengan cara apapun asalkan kita berusaha.(D.R.Dina)