Mensyukuri Hasil Bumi melalui Tradisi Babaritan di Desa Dayeuh Kolot: Wujud Nyata Lestarinya Budaya

Suasana babaritan desa Dayeuh Kolot dengan tarian tradisionalnya yang masih terjadi dari dulu
LP2M - Suasana tradisi Babarit di dusun Dayeuh Kolot, Kuningan, Jawa Barat masih terjaga kelestariannya. Babarit merupakan salah satu bentuk rasa syukur warga desa atas hasil panen yang sebagian besar bermata pencaharian petani dan pekerja kebun. Hasil panen tersebut digantung di dinding panggung dan tenda agar masyarakat selalu mengingat Tuhan atas segala kelimpahan dan rezeki yang telah diberi oleh-Nya.
“Tradisi ini enggak hanya kayak sedekah bumi aja, tapi bentuk hormat kami sama leluhur terdahulu” tutur Ayu, salah satu warga asli dusun Dayeuh Kolot.
Tradisi ini mencangkupi tarian khas serta iringan musik tradisional yang menambah kekentalan budaya yang sudah dilakukan sejak berabad lalu.Tradisi babarit diselenggarakan setiap satu tahun sekali di bulan muharram yang tak sengaja bertepatan dengan hari ulang tahun dusun Dayeuh Kolot. Acara tersebut berlangsung selama satu jam yang dimulai habis sholat ashar dan bergelar di depan masjid dan kantor balai dusun.
Acara itu tidak hanya dipadati oleh penduduk sekitar melainkan dusun sebelah yaitu Cageur juga turut meramaikan. Di halaman panggung, kursi-kursi sudah mulai dipadati oleh penduduk. Karena kursi terbatas, ada yang berdiri duduk di tangga masjid, di depan pagar, dan berdiri di halaman. Meskipun demikian, rangakaian acara tetap berjalan dengan lancar dan penuh khidmat. Acara dibuka dengan lantunan doa yang berlanjut dengan sambutan-sambutan dari kades Dayeuh Kolot, Kapolsek Kuningan, serta perangkat desa.
“Saya harap, dengan adanya acara ini dapat membawa keberkahan juga menjaga budaya lokal sampai ke anak cucu nanti.” tutur Kepala Desa Dayeuhkolot, Didi Muhadi membuka awal acara
Memasuki acara inti yang dimulai dengan irama musik khas dari kendang, gong, bonang, gambang dan saron. Terdapat penari laki-laki dan perempuan sambil memegang kain yang sudah di doa oleh para petua. Ketika lagu dinyanyikan, penari akan menari mengikuti irama hingga selesai. Di sela-sela menari salah seorang penari laki-laki memegang kelapa yang kemudian dibawa ke suatu tempat untuk dipersembahkan kepada leluhur desa yang membuat takjub para penonton.
Dalam acara tradisi ini, mahasiswa KKN UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang melaksanakan tugas di Dayeuh Kolot merasakan betapa hidupnya kebudayaan lokal di tengah arus kemajuan zaman. Tradisi Babarit adalah wujud lestarinya budaya berkat kepedulian masyarakat Dayeuh Kolot terhadap kearifan lokal. (Aulia)