Menyelami Keindahan di Setiap Sudut Desa Cageur

KKN UIN SUKA 111 -Hari semakin memanas. Matahari bertengger di badan cakrawala, mengeluarkan sinar megah seakan-akan tidak ada lagi sisa ruang gelap di bentala, namun angin menjadi peneduh ditengah ganasnya surya udara desa Cageur. Fenomena alam yang disajikan kepada kami, mahasiswa rantau Yogyakarta yang baru menginjak tiga hari di desa Cageur. Di tanggal 17 Juli 2023 ini, kami bersiap-siap untuk mengikuti pelepasan mahasiswa yang diselenggarakan oleh UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Kami yang ditempatkan di desa Cageur harus menyewa mobil hingga memakan waktu sekitar satu jam karena berlokasikan di kota Kuningan, Jawa Barat, yaitu BAPPEDA atau Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah. Perjalanan kami ditemani hamparan sawah dan gunung Cermai serta jalanan yang agak turun terjal. Waktu itu, perginya sekitar jam 11.00 siang.

Sesampainya disana, kelompok kami menjadi peserta yang pertama datang. Seiring dekatnya waktu yang diselenggarakan barulah daerah-daerah lain seperti Sakerta Timur, Tugu Mulia, Kadu Gede, Sindang Jawa, Jambu Geulis, Karangmuncang, dan Ciganda Mekar berangsur datang. Acara ini dimulai jam 13.00 yang dihadiri oleh Kepala Bappeda Kota Kuningan, Ketua LPPM beserta dosen-dosen UIN Sunan Kalijaga, dan Kepala Desa per daerah. Salah satu mahasiswa dari daerah Cageur yaitu Ajril Akmal Muzakki menjadi perwakilan sambutan mahasiswa KKN UIN Sunan Kalijaga. Terakhir, penyematan co-card dari perangkat desa kepada perwakilan mahasiswa menjadi awal langkah kami dalam menjalankan tugas untuk mengabdi kepada warga desa kota Kuningan.

Akhirnya waktu yang ditunggu tiba. Awalnya gak expext terlalu tinggi dan sempet nervous juga ke warga-warganya. Eh, pas sampe ternyata disambut banget. Ramah banget warganya. Bahkan disuruh mampir dan bungkus makanan yang ada di rumah itu. Terharu sekaligus menyenangkan.” tutur Aulia, salah satu peserta KKN UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Keluarga. Mungkin, ini adalah kata yang tepat untuk menjelaskan bagaimana karakteristik desa Cageur . Bak anak yang diayomi, nasihat menjadi sarapan yang tak pernah berhenti dari induk semang. Tak hanya itu, kami juga diajak “bapak” -keluarga baru di desa Cageur- berdolan suasana desa Cageur. Ke makam Eyang Dalem -situs cagar budaya yang berada di desa Cageur-, alun-alun kota Kuningan, waduk darma, dan pohon pinus. Hari pertama itu menjadi kesan yang berbekas di hati kami semua dan membuat betah berlama-lama. (A.R)